Blogroll

Minggu, 22 April 2012

“DEMI HIMA, KU RELA KORBANKAN CINTA”


Duduk tertegun, memandang  indahnya pesona Tuhan sambil melafadzkan kekaguman dunia, “Subhanallah ya Rahman, indah sekali bunga anggrek ini. Ampuni hambaMu yang kurang bersyukur ini ya Karim” ucap Rista sambil menata taman di teras rumah. Sudah menjadi kebiasaan gadis desa ini, menyempatkan waktunya di hari Ahad membantu ibunda tercinta merawat taman-taman yang indah di pekarangan rumah. Biasanya, Rista sampe lupa waktu kalau sudah terjun di warna-warni keelokan taman. Apalagi jika pikiran Rista sedang penat, jenuh, gundah maka dengan memandang dan merawat bunga-bunga jelita inilah, yang bisa membuat pikiran Rista menjadi fresh kembali.
    Suara keras memanggil Rista di kala pikirannya jauh melayang menyusuri taman-taman anggrek,
Bunda    : “Mbak Rista...ayo sarapan dulu” (nada keras)
Rista      : “Iya bunda, sebentar lagi, nanggung nih, Bund” (sambil tersenyum simpul)
Bunda    : “Aduh ngeyel banget ini anak, kalau udah di Taman jadi nggak tau waktu!” (gumam bunda)  “Mbak Rista, sudah dilanjutkan nanti lagi, telat makan nanti maagnya kambuh lagi lho!Ayo cepat sarapan dulu mbak!” (teriak bunda)
Rista    : “Aduh kalo udah teriak-teriak gini, harus cabut dulu neh, jangan sampe bunda marah. (bisik Rista kepada bunga anggrek di depannya). “Iya bunda, nih lagi jalan.”

    Sesampainya di rumah, Rista langsung menuju kamar mandi untuk membasuh tangan dan kakinya. Kemudian memeluk ibunda tercinta, karena Rista merasa bersalah membuat bunda berteriak keras.
Rista    :”Bunda, maafin Rista yah” (sambil memeluk). “Janji deh gak kaya gitu lagi” (rayu si anak)
Bunda    :”Iya putriku” (sambil tersenyum). “Cepat sarapan nak, bunda gak mau maag kamu kambuh lagi”
Rista     : “Iya bunda”

    Rista memiliki penyakit maag akut sampai pada pengelupasan lambungnya semenjak duduk di bangku kelas 4 SD. Telat makan 1 jam saja, maka Rumah Sakit lah tempat yang harus dituju pertama kali. Maka dari itu, bundanya sangat khawatir kalau Rista telat makan sedetik saja. Firasat sang ibunda untuk putri tercintanya, merupakan bentuk kasih cinta yang tak terduga. Terkadang sifat manja Rista tidak malu untuk diungkapkan kepada bundanya, misalnya minta disuapin, ditemani tidur, padahal usianya sudah memasuki 21 tahun.
    Sambil Rista mengambil piring, nasi, dan lauknya, ibunya bertanya:
Bunda    :”Mbak, sekarang lagi deket sama siapa? Adakah seorang pria yang mendekati mbak Rista?
Rista          : (terdiam sejenak) “Kenapa bunda bertanya seperti itu?”
Bunda    : “Ndak kok mbak. Cuma akhir-akhir ini, bunda melihat mbak sering sekali ke taman. Kalo penat karena kuliah, bunda rasa tidak. Karena mbak kalo lagi pusing kuliah saja, mendengarkan musik, main gitar atau bercengkerama dengan teman-teman organisasi saja itu sudah cukup menghilangkan penat. Tapi, ini sampe ke taman? Adakah masalah yang terjadi pada diri, Mbak Rista?”
Rista    : (terdiam lagi sambil tersenyum) “Tak ada masalah apa-apa, Bundaku. Mbak cuma lagi pengen aja ke taman. Abis kangen sama anggreknya,hehehe”
Bunda    : “Muka mbak itu tidak bisa bohong. Masa sama bunda sendiri harus ditutup-tutupi toh. Ceritakanlah mbak. Mungkin bunda bisa bantu”
Rista    : (seketika Rista langsung memeluk bunda dan menangis) “Bunda......”
Bunda    : “Loh, loh kok malah nangis. Hayo kenapa mbak”
Rista    : “Mbak, mbak.......mbak pacaran bunda..... (sambil menangis)
Bunda    : “Apa? Mbak Rista pacaran? Bukannya di HIMA ADP melarang anggotanya untuk pacaran, Mbak?”
Rista    : “Iya, sebenarnya ndak boleh, tapi mbak terpaksa Bunda...”
   
Rista adalah salah satu mahasiswi UNY yang tergabung dalam organisasi HIMA ADP. HIMA ADP merupakan himpunan mahasiswa jurusan di bawah nanungan Badan Eksekutif Mahasiswa. Himpunan ini cukup bergengsi karena tidak sembarang mahasiswa bisa masuk dalam lingkup organisasi ini.
Bunda    : “Kenapa bisa terpaksa mbak?”
Rista    : “Ceritanya panjang bunda. Yang mbak takutkan kalau ketahuan sama ketua HIMA ADP nih bunda”
Bunda    : “Sejak kapan mbak? Kalau memang faktanya seperti itu, ya ceritakan saja apa adanya mbak. Bunda yakin ketua HIMA pasti memaklumi. Cinta itu fitrah kok “
Rista    : “Fitrah si fitrah, tapi mbak kepaksa ne Bun. Huh.... Makasih bun, biarinlah ketahuan”

    Setelah asyik berbincang-bincang dengan sang ibunda, Rista langsung bergegas untuk bersiap-siap berangkat ke kampus. “Mbak, mau kemana lagi?” tanya bunda. “Ada acara HIMA, Bun. Mungkin pulang magrib nanti” jawab Rista. “Oh begitu, ya sudah hati-hati mbak” tegas bunda sambil mengantarkan putrinya sampai pintu luar. “Okelah Bun” sahut Rista sambil mencium tangan sang bunda.. Di tengah perjalanan, Rista tak berhenti berpikir, bagaimana caranya dia tidak ketahuan pacaran sama cowok itu. Padahal di agenda kegiatan HIMA ini, dia menjadi satu kelompok terus. Mukanya tak berhenti mengkhayal, keningnya selalu dikerutkan, keringat dingin pun keluar dengan derasnya. Rista takut kalau memang nantinya ketahuan pacaran, maka sanksinya adalah dia harus keluar dari HIMA ADP. Karena sudah menjadi peraturannya seperti itu.
    Seiring perjalanannya menyusuri bukit, perhutanan, perkampungan dan sawah-sawah yang menghijau, akhirnya sampailah Rista di kampus. Jarak rumah Rista menuju kampus memang cukup jauh, kira-kira 45 menit dengan kecepatan 50 km/jam. Dengan muka takut, Rista pun berjalan menuju basecamp HIMA ADP tercinta. Belum sampai HIMA, kaki Rista tersendat karena ada seseorang yang memanggil “Sayang” panggil cowok itu. Rista pun menoleh dan terkejut “Ya ampun. Kamu itu bisa gak sih, salam dulu. Kamu tau kan, ini di kampus. Profesional dong! Awas ya, panggil sayang-sayang lagi!” sentak Rista. Ternyata cowok itu adalah pacar Rista yaitu Beni. Teman satu jurusan dan satu tim di HIMA ADP. “Iya sayang. Maaf.. kamu udah dari tadi nyampenya” tanya Beni sambil membelai rambut. “IYA!!” bentak Rista sambil melepaskan tangan Beni dari rambutnya. “Sayang kok gitu banget sih? Aku tuh pengen menunjukkan rasa sayangku ke kamu”. “Heh, blekok! Kamu itu tahu gak sih ini di kampus?! Kamu itu tahu gak sih, kalau kita ketahuan pacaran, bakal dikeluarin dari HIMA! Gak mikir sih kamu! Aku sampe puyeng tahu gak mikir kaya gituan!!” bentak Rista lagi. “Iya sayang, aku tahu kok. Tapi aku rela dikeluarin demi kamu. Karena aku lebih sayang sama kamu, daripada sama HIMA” jawab Beni penuh kasih sayang. “Hemm, ini ni kalo generasi Indonesia semuanya kaya gini, bubrah negorone! Ya udah kemaren kenapa kamu masuk HIMA kalo prinsip kamu kaya gitu!” sentak Rista dengan menggunakan logat jawanya. “Kan, biar aku selalu deket sama kamu  sayang” sahut Beni. “Aduh ya Allah, kenapa ada orang kaya gini sih! Udahlah Ben, aku jadi koordinator acara Suplemen neh. Awas kalo di HIMA manggil sayang, ganggu-ganggu aku di acara!AWAS!!” Rista memperingatkan Beni seraya mengancam. “Sayang  kalau marah-marah tambah cantik deh. Suka suka suka! Hehehe” rayu Beni. “Bodo amat!” sambil meninggalkan Beni, Rista melangkah cepat untuk sampai ke basecamp HIMA.
    Saat mengucapkan salam, Rista kaget karena di HIMA tak ada seorang pun yang menunggunya. “Tumben banget gak ada orang. Biasanya on-time anak-anak HIMA” gerutu Riska. Tiba-tiba ada seorang laki-laki membentak Rista “Rista! Kamu itu telat setengah jam! Kamu tahu acara suplemen itu jam berapa? Koordinator acara kok telat! Kamu tahu peserta dan teman-teman panitia lainnya sudah menunggu!” bentak Ketua Hima dengan ekspresi marah. “Iya, iya Di...maaf..maaf” jawab Rista. “Ya udah, cepat ke lokasi. Posisikan diri!” sentak Ketua Hima, Ardi namanya.
    Rista langsung berlari menuju ke lokasi peserta. Batin Rista berkata “Ini semua gara-gara cowok sinting itu! Huh!”. Sesampainya di lokasi, Rista bergegas menempatkan diri. Salah satu rekannya, membisikkan “Tumben telat Ris, pacaran dulu yak? Heehe”. “Hush, jangan sok tahu! Aku lagi pusing!” bisik Rista. “Makanya, kalau gak mau ketahuan ya jangan pacaran” teman Rista mengejek Rista sambil tertawa. Rista hanya berharap semoga berita tentang Rista pacaran dengan Beni tidak terdengar oleh Ketua HIMA. Karena Rista sangat mencintai HIMA ADP.
    Setelah Rista memberikan pengarahan kepada peserta Suplemen, maka kegiatan segera berlangsung dengan berangkat ke Pantai Parangtritis. Seluruh peserta nampaknya terhibur dengan agenda kegiatan ini. Dari mulai perjalanan ke pantai yang berkelok-kelok, canda tawa peserta beserta panitia. Rista merasa terhibur dengan gelak tawa peserta dan teman-teman HIMA, seraya menunda kebingungan yang sedang dialaminya. Akhirnya, 2 jam pun berlalu dan tibalah di tempat tujuan, Pantai Parangtritis. Semuanya berteriak melihat keindahan dan pesona pantai nan elok. Sambil menikmati angin yang sepoi-sepoi, acara Suplemen pun dilanjutkan yang dipandu oleh Rista. “Teman-teman! Kumpul di sini! Kita lanjutkan acara suplemen ini” teriak Rista sambil memanggil peserta. Acara dilanjutkan dengan pembukaan, materi, outbound, makan siang dan penutup. Acara yang paling dinantikan adalah outbound dan makan siang. Mahasiswa yang merantau di Yogyakarta, biasanya memang sangat sensitif sekali dengan masalah makan. Jadi, acara makan pasti dinomor-satukan. Kegiatan outbound juga menjadi pilihan utama, karena mengasah intelegensi baik fisik ataupun mental.
    Seluruh kegiatan pun berlalu, tibalah saatnya di penghujung acara. Beni pacar Rista menepati janjinya untuk tidak membuat ulah saat acara berlangsung. Akan tetapi di acara penutupan, Beni sembunyi-sembunyi memberikan bunga untuk Rista. “Sayang, ini aku ada hadiah untuk kamu” rayu Beni. “Ya Allah, Beni aku kan udah bilang jangan banyak ulah di acara ini! Aku takut ketahuan Ketua HIMA, Ben! Kamu itu gak bisa ngertiin aku! Udahlah kalo kaya gini, kita udahan ajah lah!” sahut Rista sambil membentak. “Jangan sayang. Iya, iya aku janji, gak gini lagi deh, jangan putus ya sayang ya, please!” mohon Beni sambil memelas. “Udah ah, berisik banget tau gak! Kamu gak lihat aku lagi repot, bantuin kek! Malah buat ulah!” bentak Rista lagi. “Oke sayang, Kakanda siap membantu Adinda”gombal si Beni. Ternyata di tengah percakapannya, Ketua HIMA si Ardi tidak sengaja mendengar percakapan Rista dan Beni. Langsung seketika menyentak mereka berdua “Rista, Beni!! Kalian ternyata membohongi almameter kita selama ini!” sentak Ardi.
    Beni dan Rista disidang di pantai itu juga dengan disaksikan pengurus HIMA yang lainnya sedangkan peserta sudah berada di mobil.
Ardi    : “Rista, saya pikir kamu orang yang tahu aturan, profesional! Tapi kaya gini faktanya! Sembunyi-sembunyi! Mau kamu apa! Kasih penjelasan ke kita semua! Kamu tahu kalo di HIMA ADP sesama pengurus dilarang PACARAN! Kamu tahu arti pacaran tanpa harus saya definisikan secara rinci kan?!”
Rista    : “Maaf teman-teman. Saya mengaku salah. Saya minta maaf untuk kesalahan ini. Saya memang pacaran, tapi saya terpaksa melakukan semua ini. Saya menerima resikonya” (sambil menangis)
Beni    : “Maaf Di. Saya mengaku salah. Saya memang sangat mencintai Rista. Sampai-sampai Rista pacaran terpaksa dengan saya pun, saya bangga dan senang sekali. Saya mohon maaf sekali lagi”
Ardi    : “Telat! Kenapa minta maaf baru sekarang! Oke hanya dua pilihan yang saya tawarkan. Kalian ingin melanjutkan perjuangan di HIMA ADP ini tanpa pacaran atau kalian keluar dari HIMA ADP dengan status pacaran kalian! Jawab!”

Semua pun terdiam. Rista hanya bisa menangis dan terdiam. Muka Rista pun tampak bingung. Lain halnya dengan Beni. Muka Beni tampak lega, karena statusnya sudah diketahui oleh Ketua HIMA. Beni merasa bebannya sudah berkurang satu. Karena dengan adanya sidang ini, dia tidak perlu sembunyi-sembunyi lagi berkata “sayang” kepada Rista. Beberapa menit kemudian, Rista menjawab:
Rista    : “Baik lah, kalau memang pilihannya seperti itu. Saya akan menjawab. Jujur, saya tidak ingin menyakiti kalian, mengkhianati kalian. Saya juga tidak ingin menyakiti Beni. Akan tetapi, sudah menjadi komitmen kita dulu. Dan saatnya sekarang ini resiko yang harus saya ambil. Ben, maafin aku. Tak ada maksud untuk menyakiti hati kamu. Dan sangat terpaksa saya memilih HIMA ADP dan memutuskan hubungan dengan Beni. Maaf....” (sambil menangis)
Beni    : “Rista tapi.... tapi gak gini caranya Ris. Saya mencintai kamu Ris. Gak semudah itu mutusin hubungan!”
Ardi    : “Udah, udah! Malah jadi curhat! Saya itu menyidang kalian, bukan saling curhat. Oke! Aku terima keputusan Rista, sekarang tinggal kamu Ben!”
Beni    : “Kalau memang sudah menjadi keputusan Rista seperti itu, ya mau gimana lagi. Saya juga tidak bisa memaksa Rista untuk pacaran lagi. Oke, saya juga terima keputusan Rista. Jadi saya tetap mengabdi HIMA ADP tanpa pacaran dengan Rista, walaupun terpaksa!”
Ardi    : “Oke, bagus! Saya suka dengan prinsip Rista. Saya salut dan mengucapkan terima kasih. Kalian berani mengorbankan kepentingan pribadi kalian demi HIMA ADP tercinta kita ini. Saya minta maaf kalau saya dianggap otoriter. Tetapi, sudah menjadi komitmen dan peraturan kita dulu, bahwa sesama pengurus tidak boleh PA-CA-RAN. Alasan beserta resikonya sudah kita bahas dulu. Kalau kalian sudah lengser nanti, terserah mau pacaran, nikah, dsb saya tidak menghujat. Oke, masalah kali ini sudah selesai. Mari kita kembali kampus. Kasihan peserta pasti sudah lama menunggu di mobil”

Setelah sidang selesai, Beni tak kuasa meneteskan air matanya. Meminta maaf kepada Rista, begitu juga sebaliknya. Akan tetapi Rista menjadi sangat lega, karena kebingungannya sudah bisa terselesaikan. Dari sini bisa diambil kesimpulan, bahwa saat kita sudah berkomitmen di suatu organisasi sebisa mungkin kita dapat mengendalikan kepentingan pribadi. Berjuang dan berkomitmen penuh untuk HIMA ADP tercinta itu sudah menjadi pilihan. Memberikan segenap jiwa dan raga untuk menampilkan yang terbaik, itu sudah menjadi kewajiban. Together be Better itu juga sudah menjadi slogan yang mendarah daging di hati pengurus HIMA ADP.
    Akhirnya, Rista menjalani aktivitas keorganisasian seperti biasanya. Dan menjalani hubungan persahabatan dengan Beni selayaknya seorang teman. Tak ada ragu lagi dalam hati Rista, karena keraguannya sudah diputuskan untuk BERKOMITMEN di HIMA ADP tercinta. Setahun berlalu, setelah kepengurusan HIMA ADP berakhir, ternyata Beni tetap mencintai Rista yang pada akhirnya Rista dan Beni kembali merajut cinta sampai ke pelaminan. 

Buah Karya
Fera Arista Wardani
094022410111
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar