Blogroll

Senin, 23 April 2012

Suara Sumbang

Menyoal banjir dilema rencana perpindahan prodi P.ADP dari fakultas sosial ke fakultas ekonomi seperti tiada henti menguap ke permukaan. Kembali terdengar lengkingan-lengkingan suara mahasiswa yang mengeluhkan atau lebih tepatnya mengkhawatirkan prospek selesai studi. Bagai suara serbuan ratusan lebah yang kelaparan mencari madu untuk memuaskan perut-perut mereka. Namun tak jelas lebah yang bersuara lengkingan Bas atau halus. Seperti itulah yang disayangkan dari kasus dilema ini, banyaknya suara jelas, masih kalah oleh suara samar tak tau mulut empunya.

    Formasi yang digelar Hima ADP UNY beberapa pekan lalu sudah cukup mengclearkan statement bahwa ranah ADP adalah ranah fakultas ekonomi, ditambah perkuatan dari kesatuan pro suara bulat, namun dengan berbagai pertimbangan ulang pengupayaan ‘pindah rumah’ tersebut karena beberapa faktor yang tak bisa begitu gampangnya seperti sarana dan prasarana ADP yang sudah terinvestasi baik di gedung merah fakultas ilmu sosial. Dan persoalan paling berarti adalah OTK atau legalitas.
    “Kami berjanji akan mengembalikan ADP ke fakultas ekonomi” pengakuan Bapak Ajat Sudrajat (Kaprodi ADP). Pun dalam forum diskusi mahasiswa adp tersebut Kamis, 8 Desenber 2011 pukul 14.30 aula FE pekan lalu, sebuah pertanyaan terlontar oleh seorang mahasiswa, “apa yang harus kami (mahasiswa) lakukan sebagai bentuk keturutsertaan membantu proses perpindahan fakultas ini nantinya?
 Jawaban pembicara sekenanya “Ya tunggu nanti, karena harus kita usulkan kembali kejajaran fakultas, barulah bisa bergerak. Dan ini juga tidak bisa instans, perlu banyak hal yang masih harus dipertimbangkan terutama berbagai laboratorium yang telah kita miliki disini, butuh waktu yang lama untuk perpindahan ini,kalian menunggu saja.. ”. Tersirat makna yang seolah ingin mengatakan “Ya sabar, cukup tunggu saja...” Wahai penyandang status mahasiswa, menunggu sesuatu yang belum pasti sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan, setiakah menjalankan? Duduk termangu atau mendongok kelangit make a wise….?
    Berbagai bukti pengakuan dari alumnus adp uny beberapa tahun kebelakang baik berupa penyampaikan langsung kepada pihak tertentu maupun termuat dalam surat kabar, jelas menunjukkan keprihatinan pada background yang disandang. Sehingga sejak formas pekan lalu itu tidak ada lagi istilah ‘kegalauan’ yang melanda keputusan keluarga besar ADP. Karena semua menyatakan bulat, sepakat ‘pindah rumah’. Lalu kenapa banjir lekingan itu masih menyeruak? Itulah suara-suara sumbang.
    Kesatuan suara atas pro-kebijakan ‘pindah rumah’ tersirat pewarnaan suara-suara yang lengking namun tak berupa, tak tau siapa pemilik suara. Menyatakan pro namun tiada tampak masuk barisan. Menyatakan sepakat namun tiada kontribusi bersama, tidak merapat dalam shaf kita. Setelah sama wajah, maka yang kita perlukan sekarang adalah sama langkah.
    Tak sengaja terdengar disudut –sudut sekitar kelas ADP, “kapan ya kita pindah? Kita bisa bantu apa gitu kah?”. Suara bersambung dengan pelaku berbeda suatu waktu, “Kapan ya kita pindah? Tak ada kah yang bisa kita lakukan? Apa cuma bisa menunggu?”. Berfikir kritis adalah hal yang memang diharapkan dari  seorang penyandang status mahasiswa, tapi berfikir kritis tidak seharusnya hanya sebatas dan terhenti pada sumbangan pendapat sajalah. Mari bergerak, meski ruang gerak itu terbatas atau mungkin memang dibatasi. Jajaran dekanat dan teman-temannya tentu tidak bisa bergerak sendiri, hanya saja entah sekat apa yang dibuat sehingga doktrin ‘butuh waktu yang sangat lama’ seketika itu mudahnya diterima begitu saja ditelinga-telinga mahasiswanya.
    Sekali lagi, mari bergerak meski ruang gerak itu terbatas atau bahkan dibatasi. Jangan hanya dapat melontarkan longlongan tak jelas akan keluhan atas tak kunjung pindah. Sama hal nya dengan menanganan Negara Indonesia yang korup. Dunia menyorot. Rakyat ketika itu gencar melakukan aksi tersebar diberbagai kota, melakukan tembakan senjata tertulis keberbagai media masa, aungan suara kritik dan aspirasi mereka sesaki berbagai media. Tidak ada indivualis yang bermain, kesatuan suara bulat pro mereka menggerakkan langkah yang sigap serentak. Ketika tindak pemerintah dianggap lamban, mereka mendesak, mencapai dewan perwakilan rakyat mendesak perlu adanya resolusi tegas. Pemerintah dengan segala upayanya, maka dibentuklah KPK. Betapa besar pengaruh ketika rakyat melakukan aksi,sehingga tidak hanya menyalahkan pemerintah, pemerintah juga manusia yang perlu diingatkan. Jika diingatkan berulangpun tak ada tindak lanjut maka perlu menegaskan. Sehingga tidak sekedar cuap-cuap basa-basi dibelakang dan menjadi golongan putih.
    Semua mahasiswa ADP pastikan sudah masuk dalam barisan ini. Sebuah rumah akan kokoh jika berbagai bahannya lengkap, pondasi yang kuat, dinding yang kokoh, atap yang mantap, luas yang memadai, dsb. Dengan kesatuan barisan ini, maka langkah kita akan semakin kuat nantinya. Mahasiswa perlu kritis, tapi tentu bukan anarkis. Mahasiswa memperjuangkan kebenaran dan hak-hak, tapi tentu bukan dalam konteks memaksakan kehendak.
Mengutip statement dari mas’ul UKKI UNY 2011, Mustaghfiri Ramadhan, “Mereka yang tertidur hatinya, mereka yang mendekam hasratnya, mereka yang tak berfungsi tangannya  adalah jiwa-jiwa yang terbuai, merekalah yang terkena penyakit wahn. Kita perlu mengingatkan mereka dari keterbuaian itu, kita perlu menyembuhkan mereka dari penyakit itu. Tidak ada perselisihan ataupun persinggungan, sebab kita telah satu dalam aqidah dan keimanan kepada Allah SWT…”
Pastikan semua masuk barisan, seret pelaku-pelaku suara sumbang untuk diwarnai tentang urgensi ikatan tekat dalam amal ma’ruf untuk kemaslahatan bersama ini, hingga harokah (gerakan) ini terbentuk lebih kuat lagi. Ancang-ancang posisi, sehingga kedepan akan lebih mudah untuk siap siaga tindak aksi dan ambil langkah. Kalau perlu tiada salahnya membentuk tim komando khusus yang siap jiwa-raga dalam membantu penuntasan perpindahan rumah ini. Sehingga say no for suara sumbang. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh…” (QS. As-Saff: 4). Wallahua’lam bish shawwab.

FITRIA WIDASWARI
11402249001
ADP/B/2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar